ASAS-ASAS
PENGETAHUAN LINGKUNGAN
Disusun
Oleh:
Kelompok : 1 (Satu)
Nama / NPM : 1. Gumilar Kusumadiwirya / 33411106
2. Imron /
33411551
3. Malem Satria Budi B / 34411261
4. M. Taufik Azhari . /
34411718
Dosen : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,
MSc
JURUSAN
TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DEPOK
2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan manusia terus
berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, untuk itu dibutuhkan
penggalian ilmu secara terus menerus, sehingga diperlukan daya cipta, daya
khayal, keinginan tahu manusia dan inisiatif. Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang
mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari jasad hidup (termasuk manusia)
dengan lingkungannya, antara lain dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan,
pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan sebagai suatu poros, tempat
berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling terkait satu sama lain untuk
mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup dengan lingkungannya.
Asas di dalam suatu
ilmu pada dasarnya merupakan penyamarataan kesimpulan secara umum, yang
kemudian digunakan sebagai landasan untuk menguraikan gejala (fenomena) dan
situasi yang lebih spesifik. Asas dapat terjadi melalui suatu penggunaan
dan pengujian metodologi secara terus menerus dan matang, sehingga diakui
kebenarannya oleh ilmuwan secara meluas. Tetapi ada pula asas yang hanya diakui
oleh segolongan ilmuwan tertentu saja, karena asas ini hanya merupakan
penyamarataan secara empiris saja dan hanya benar pada situasi dan kondisi yang
lebih terbatas, sehingga terkadang asas ini menjadi bahan pertentangan. Namun
demikian sebaliknya apabila suatu asas sudah diuji berkali-kali dan hasilnya
terus dapat dipertahankan, maka asas ini dapat berubah statusnya menjadi hukum.
Begitu pula apabila asas yang mentah dan masih berupa dugaan ilmiah seorang
peneliti, biasa disebut hipotesis.
Hipotesis ini dapat menjadi asas
apabila diuji secara terus menerus sehingga memperoleh kesimpulan adanya
kebenaran yang dapat diterapkan secara umum. Untuk mendapatkan asas baru dengan
cara pengujian hipotesis ini disebut cara induksi dan kebanyakan dipergunakan
dalam bidang-bidang biologi, kimia dan fisika. Disini metode
pengumpulan data melalui beberapa percobaaan yang relatif terbatas untuk
membuat kesimpulan yang menyeluruh. Sebaliknya cara lain yaitu dengan cara deduksi
dengan menggunakan kesimpulan umum untuk menerangkan kejadian yang spesifik.
Asas baru juga dapat diperoleh dengan cara simulasi komputer dan penggunaan model
matematika untuk mendapatkan semacam tiruan keadaan di alam (mimik). Cara
lain juga dapat diperoleh dengan metode perbandingan misalnya dengan
membandingkan antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Cara-cara untuk
mendapatkan asas tersebut dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya. Asas di dalam suatu
ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan yang kokoh dan kuat untuk
mendapatkan hasil, teori dan model seperti pada ilmu lingkungan. Untuk
menyajikan asas dasar ini dilakukan dengan mengemukakan kerangka teorinya
terlebih dahulu, kemudian setelah dipahami pola dan organisasi pemikirannya
baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan didukung, sehingga asas-asas
disini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan urutan logikanya).
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ekologi
dan Ilmu Lingkungan
Ekologi merupakan salah satu ilmu
bagi ilmu lingkungan. Ekologi berasal dari bahasa Yunani “ oikos” (rumah
tangga) dan “logos” (ilmu), secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah
tangga makluk hidup. Merupakan rumah tangga makhluk hidup adalah lingkungan
hidupnya. Disini mereka saling berinteraksi dengan sesamanya dan dengan
komponen-komponen yang tidak hidup dalam mempertahankan kelangsungan sistem.
Ada
beberapa definisi tentang ekologi :
a. Odum, 1971
Ekologi adalah kajian struktur dan fungsi alam, tentang
struktur dan interaksi antara sesama organisme dengan lingkungannya.
b. Miller, 1975
Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara
organisme dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat tinggalnya.
c. Otto Soemarwoto
Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekologi hubungan antara makhluk
hidup dengan lingkungannya (ekosistem) bersifat obyektif, manusia dipandang
sama dengan makhluk hidup yang lain. Berdasarkan ilmu lingkungan, manusis
dibedakan dengan makhluk lain, pandangan hubungan antara manusia dengan
lingkungan bersifat subyektif. Ilmu lingkungan ini mempunyai hak khusus, semua
dipandang dari kepentingan manusia, tetapi manusia juga harus mempunyai
tanggung jawab yang paling besar terhadap lingkungannya dimana tanggung jawab
ini tidak mungkin diserahkan kepada makhluk lain.
2.2 Jenis –
Jenis Lingkungan
Jenis-jenis lingkungan dibedakan menjadi tiga jenis yaitu lingkungan fisik,
biologi dan sosial. Berikut ini adalah penjelasan yang lebih detail dari
masing-masing jenis lingkungan.
1. Lingkungan Fisik yaitu segala sesuatu yang ada
disekitar kita yang berwujud benda mati. Seperti : gedung, jembatan, candi dan
lain-lain.
2. Lingkungan Biologi yaitu segala sesuatu
yang berada disekitar kita yang berwujud benda hidup. Seperti: manusi, hewan
dan tumbuh-tumbuhan.
3. Lingkungan Sosial yaitu manusia-manusia
lain yang berada disekitar kita untuk dapat berinteraksi satu dengan yang
lainnya.
Menurut Penjelasan Pasal 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982
Tentang Pokok-pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup dibedakan
menjadi empat yaitu: Lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati,
lingkungan buatan dan lingkungan sosial.
2.3 Asas-asas
Ilmu Lingkungan
Ilmu
lingkungan yang sudah berkembang dan banyak mengeluarkan hasil, model dan teori
yang semakin meningkat jumlahnya harus didasari oleh asas yang kokoh dan kuat.
Berikut ini adalah asas-asas ilmu lingkungan yang akan dijelaskan lebih detail.
a. Asas 1
Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup
populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau
terlepaskan. Energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi
tidak dapat hilang, diciptakan dan dihancurkan.
Asas ini menerangkan bahwa energi dapt diubah-ubah, dan semua
energi yang memasuki jasad hidup, populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai
energi yang tersimpan atau terlepaskan, sehingga sistem kehidupan dapat
dianggap sebagai pengubah energi.
b. Asas 2
Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul
efisien
Asas ini sama dengan hukum termodinamika
kedua yang banyak dipakai dan berlaku dalm fisika. Energi tak pernah hilang
dari alam raya, tetapi energi tersebut akan terus diubah ke dalam bentuk yang
kurang bermanfaat. Misalnya hewan mengambil energi dalam bentuk makanan yang
padat dan bermanfaat, tetapi panas yang keluar dari tubuh hewan karena lari,
terbang atau berenang terbuang tanpa guna. Oleh karena itu pemakaina energi
yang sebaik-baiknya oleh jasad hidup merupakan suatu hal yang sangat penting.
c. Asas 3
Materi energi, ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya
termasuk kategori sumber alam.
Perubahan energi oleh sistem biologi
berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan adanya materi dan energi
di alam lingkungannya. Tetapi apakah ruang juga dapat digolongkan
sebagai sumber alam ? Kalau ruang begitu sempit bagi suatu populasi yang tinggi
kepadatannya, ada kemungkinan terjadinya gangguan terhadap proses pembiakan.
Tetapi, sebalinya ruang yang terlalu luas berakibat jarak antara individu dalam
sebuah populasi menjadi terlalu jauh. Ruang juga dapat memisahkan jasad hidup
dari sumber bahan makanan yang dibutuhkannya, yang jauh dekatnya menentukan
perkembangan populasi jasad hidup itu. Oleh karena itu, pengaruh ruang secara
asas adalah beranalogi dengan materi dan energi sebagai sumber alam.
Waktu sebagai sumber alam juga tidak
merupakan besaran yang berdiri sendiri. Misalnya seekor singa sering harus
menahan lapar yang cukup lama dalam melakukan pengintaian, sebelum berhasil
menerkam mangsanya. Jadi, itu semua bergantung pada adanya cukup waktu dan
energi untuk menempuh jarak antara tempat semula dan tempat tujuan.
Keanekaragaman disebut juga sumber alam.
Semakin beranekaragam jenis makanan suatu spesies makin berkurang bahanya bagi
spesies itu menghadapi perubahan lingkungan uang dapat memusnahkan sumber
makanannya. Sebaliknya, suatu spesies yang hanya memakan satu jenis makanan
akan mudah terancam bahay kelaparan, meskipun makanannya musnah oleh sebab yang
terjadi pada lingkungannya.
d. Asas 4
Untuk semua kategori sumber alam, kalau
pengadaannya sudh mencapai optimum, pengaruhunit kenaikannya sering menurun
dengan penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui
batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang menguntungkan lagi.
Untuk
semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan
pengadaannya yang melampaui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak
karenakeracunan ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku
kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah
mendekati batas maksimum.
Dalam asas diatas
tekandung arti, bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas optimum yang
berarti pula batas maksimum, maupun batas minimum pengadaan sumber alam akan
mengurangi daya kegiatan sistem biologi. Karena poengadaan sumber alam bagi
suatu populasi, maka naik turunnya jumlah individu populasi itu bergantung pula
kepada pengadaan sumber alam itu pada suatu jumlah tertentu.
e. Asas 5
Ada dua jenis sumber alam
dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang penggunaaan
seterusnya, dan yang tak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut.
Contoh:
suatu jenis hewan sedang mencari berbagai sumber bahan makanan, kemudian
diketahui suatu jenis makanan tiba-tiba menjadi sangat banyak jumlah di alam,
maka hewan tersebut akan memusatkan perhatiannya kepada penggunaan jenis
makanan tersebut. Jadi, kenaikan pengadaan sumber alam (makanan) merangsang
kenaikan pendayagunaannya.
f. Asas 6
Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak
keturunan daripada saingannya cenderung berhasil mengalahkan saingannya.
Umumnya, suatu spesies atau komunitas yang
dapat bertahan dalam suatu keadaan lingkungan tertentu, ialah yang dalam
keseimbangan alam secara keseluruhan mempunyai daya pembiakan yang lebih
tinggi daripada spesies atau komunitas yang ingin mencoba menguasai lingkungan
tersebut. Kalau kemudian keadaan lingkungan berubah, maka spesies lain yang
lebih adaptif daripada spesies yang sudah ada sebelumnya, yang akan dapt
bertahan.
g. Asas 7
Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih
tinggi di alam lingkungan yang mudah diramal.
Ialah adanya keteraturan yang pasti pada
pola faktor lingkungan dalam periode yang relatif lama. Lingkungan yang
stabil secara fisik merupaka sebuah lingkunga yang terdiri atas banyak spesies.
Dari yang umum hingga yang jarang dijumpai. Keadaan iklim yang stabil sepanjang
waktu yang lama sekali tidak saja akan melhirkan keanekaragaman spesies yang
tinggi, tetapi juga akan menimbulkan kenekaragaman pola penyebaran kesatuan
populasi.
h. Asas 8
Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh
keanekaragaman takson, bergantung kepada bagaimana niche dalam lingkungan hidup
itu dapat memisahkan takson tersebut.
Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai
oleh keadaan lingkungannya yang khas (niche), tiap spesies mempunyai niche
tertentu. Spesies dapat hidup berdampingan dengan spesies lain tanpa
persaiangan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan fungsi yang berbeda
di alam.
Pada asas ini menyatakan bahwa setiap spesies mempunyai nicia
tertentu, sehingga spesies-spesies tersebut dapat berdampingan satu sama lain
tanpa berkompetisi, karena satu sama lain mempunyai kepentingan dan
fungsi yang berbeda di alam. Tetapi apabila ada kelompok taksonomi yang terdiri
atas spesies dengan cara makan serupa, dan toleran terhadap lingkungan yang
bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan tersebut hanya akan
ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.
i. Asas 9
Keanekaragaman komunitas sebanding dengan biomassa
dibagi produktivitas.
T = K x (B/P) ; D ≈ T
T = waktu rata-rata penggunaan energi
K = koefisien tetapan
B = biomassa
P = produktivitas
D = keanekaragaman
Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran
energidalam sistem biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas
organisasi sistem biologi dalam suatu komunitas. Pada asas ini menurut Morowitz
(1968) bahwa adanya hubungan antara biomassa, aliran energi dan keanekaragaman
dalam suatu sistem biologi.
j. Asas 10
Pada
lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan produktivitas (B/P)
dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.
Sistem biologi menjalani evolusi yang Mengarah kepada
peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan
memungkinkan berkembangnya keaneka-ragaman.
Dalam asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi
mengalami evolusi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi
dalam lingkungan fisik yang stabil, yang memungkinkan berkembangnya
keanekaragaman. Dengan kata lain kalau kemungkinan produktivitas maksimum sudah
ditetapkan oleh energi matahari yang masuk kedalam ekosistem, sedangkan
keanekaragaman dan biomassa masih dapat meningkat dalam perjalanan waktu, maka
jumlah energi yang tersedia dalam sistem biologi itu dapat digunakan untuk
menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila asas ini benar, maka dapat
diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah berkembang lanjut pada proses
suksesi, rasio biomassa produktivitas akan lebih tinggi bila dibandingkan
dengan komunitas yang masih muda. Pada kenyataan di alam memang demikian, sebab
spesies bertambah, dan ditemukan pula tumbuhan berkayu sehingga diperoleh
stratifikasi.
Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat
tetap muda buatan lahan pertanian dengan jalan mengambil daun-daunannya
untuk makanan hewan.
k. Asas 11
Sistem
yang sudah mantap (dewasa) akan mengekploitasi yang belum mantap (belum
dewasa).
Ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa
memindahkan energi, biomasa, dan keanekaragaman dari tingkat organisasi
yang belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi, dan keanekaragaman
mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih
kompleks. (Dari subsistem yang rendah keanekara-gamannya subsistem yang tinggi
keanekaragamannya).
Arti dari asas ini adalah pada ekosistem,
populasi yang sudah dewasa memindahkan energi, biomassa, dan
keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa. Dengan kata lain,
energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke
arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah
keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya
l. Asas 12
Kesempurnaan
adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada kepentingan relatifnya dalam
keadaan suatu lingkungan.
Populasi dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi
terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi dalam
ekosistem yang sudah mantap. Populasi dalam lingkungan dengan kemantapan fisiko
kimia yang cukup lama, tak perlu berevolusi untuk meningkatkan kemampuannya
beradaptasi dengan keadaan yang tidak stabil.
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila
pemilihan (seleksi) berlaku, tetapi keanekaragaman terus meningkat di
lingkungan yang sudah stabil, maka dalam perjalanan waktu dapat diharapkan
adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat adaptasi terhadap lingkungan. Jadi,
dalam ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan ) yang sudah
stabil, sifat responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak terduga
ternyata tidak diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku
dan biokimia lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Evolusi pada
lingkungan yang sukar ditebak perubahan faktor alamnya cenderung memelihara
daya plastis anggota populasi. Sedangkan evolusi pada lingkungan yang mantap,
beranekaragam secara biologi cenderung menggunakan kompleksitas itu untuk
bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam perubahan.
Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah
strategi evolusi yang terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi
lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa populasi pada ekosistem yang belum
mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan
dengan populasi pada ekosistem yang sudah mantap.
m. Asas 13
Lingkungan
yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman
biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan
kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada
komunitas yang mantap, jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem
meningkat, sehingga apabila terjadi suatu goncangan pada salah satu jalur, maka
jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian komunitas masih tetap
terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu
syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan
mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap dan komunitas yang
mantap mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini ada hubungan antara
kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.
n.
Asas 14
Derajat
pola keteraturan naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah keturunan dalam
sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya
keanekaragaman yang tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum
mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi yang tinggi.
Ciri-Ciri
Lingkungan/ Komunitas yang Mantap:
• Jumlah
jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat (banyak)
• Lingkungan
fisik mantap (mudah“diramal”)
• Sistem
control umpan balik (feedback) komunitas sangat kompleks
• Efisiensi
penggunaan energi
• Tingkat
keanekaragaman tinggi
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Ekologi
merupakan salah satu ilmu bagi ilmu lingkungan. Ekologi berasal dari bahasa Yunani “
oikos” (rumah tangga) dan “logos” (ilmu).
2. Jenis-jenis lingkungan dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu lingkungan fisik, biologi dan sosial.
3. Pasal 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982
Tentang Pokok-pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup dibedakan
menjadi empat yaitu: Lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati,
lingkungan buatan dan lingkungan sosial.
4. Asas-asas ilmu lingkungan terdiri dari 14 asas.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso,
Budi, 1999, “Ilmu Lingkungan
Industri”, Universitas Gunadarma, Jakarta.
Soeriatmadja,RE. 1981 . “Ilmu Lingkungan”. Bandung: ITB