Negara
- Negara Kontroversial di Dunia
1.
Palestina
Negara yang terlibat konflik:
Palestina vs Israel Konflik Palestina – Israel yang telah berlangsung selama
ribuan tahun menjadi konflik paling populer yang layak jadi puncak daftar ini.
Terlepas dari sejarah sengketa yang berbasis agama, konflik kedua negara di era
modern dimulai pasca PD 2 dan genosida yang dilakukan Nazi terhadap bangsa
Yahudi. Ketika kamp-kamp konsentrasi Yahudi dibebaskan, ribuan Yahudi yang
memerlukan tempat tinggal berbondong-bondong secara massal ke Palestina yang
ketika itu populasinya didominasi bangsa Arab. Konflik pun mulai pecah dan PBB
mencoba menengahi dengan mengajukan Rencana Pembagian Palestina menjadi dua
negara terpisah, masing-masing satu untuk bangsa Arab dan Yahudi dengan
Yerusalem sebagai kawasan netral yang berada di bawah pengawasan PBB. Pada 14
Mei 1948 bangsa Yahudi mendeklarasikan kemerdekaan sekaligus mendirikan negara
Israel. Keesokan harinya, Mesir, Syria, Lebanon, dan Iran menggempur Israel
yang menandakan dimulainya Perang Arab-Israel. Setahun kemudian diberlakukan
gencatan senjata dan perbatasan sementara ditetapkan. Yordania mengambil alih
wilayah Tepi Barat dan Yerusalem Timur sedangkan Mesir menguasai Jalur Gaza.
Masalah berikutnya muncul pada tahun 1956 saat Krisis Terusan Suez ketika
Israel yang dibantu Spanyol dan Inggris menginvasi Semenanjung Sinai. Pada
tahun 1966, hubungan Dunia Arab dengan Israel semakin memburuk yang berujung
pada pecahnya Perang Enam Hari pada tahun 1967. Setelah perang usai, Israel
berhasil mengambil alih Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dari Mesir, Tepi Barat
dan Yerusalem Timur dari Yordania serta Dataran Tinggi Golan dari Syria. Enam
tahun kemudian, Perang Yom Kippur pecah dan hubungan Israel dengan
negara-negara Arab semakin memburuk. Tahun 1988, Palestine Liberation
Organization (PLO) mendeklarasikan berdirinya negara Palestina namun mereka
tidak memegang kontrol wilayah Palestina. Sejak saat itu, PLO terus
memperjuangkan kemerdekaan Palestina berdasarkan perbatasan yang pernah
ditetapkan di tahun 1967. Saat ini, Liga Arab, dan sebagian besar negara-negara
di Amerika Selatan, Afrika dan Asia mengakui negara Palestina. Sedangkan
negara-negara Eropa dan Amerika Utara bersikap sebaliknya. Tahun ini PBB
berencana menyelenggarakan pemungutan suara mengenai status negara Palestina.
2.
Taiwan
Negara yang terlibat
konflik: Republik Rakyat China vs Republik China (Taiwan) Berbeda dengan Tibet,
Republik China – lebih dikenal dengan nama Taiwan – memperoleh dukungan
internasional atas keputusannya memisahkan diri dari Republik Rakyat China
(RRC). Beberapa negara bahkan menyarankan untuk menanggalkan nama China dan
menggantinya menjadi Republik Taiwan untuk melepaskan hubungan dari negara
komunis itu. Sebelum Perang Dunia (PD) 2, Taiwan dimiliki oleh Jepang sedangkan
nama Republik China mengacu pada negeri China daratan. Setelah PD 2, Jepang
menyerahkan Taiwan kepada Republik China. Namun karena perang saudara yang
terjadi antara RRC dan Republik China, kepemilikan Taiwan pun jadi tidak jelas
sehingga pada akhirnya mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara berdaulat
yang terlepas dari RRC yang menguasai China daratan. RRC menolak mengakui
Taiwan sebagai sebuah negara dan tidak menjalin hubungan diplomatik dengan
negara-negara yang mengakui Taiwan. Sampai sekarang, Taiwan belum memperoleh
pengakuan penuh sebagai sebuah negara. Hanya 23 negara yang menjalin hubungan
diplomatik resmi dengan negara pulau itu sementara negara lainnya, meskipun
mengakui Taiwan sebagai sebuah negara, memilih untuk menjalin hubungan
diplomatik tidak resmi.
3.
Kepulauan Falkland
Negara yang terlibat
konflik: Republik Argentina vs Inggris Raya dan Irlandia Utara Kepualauan ini
berkaitan erat dengan Georgia Selatan, namun dengan banyak kepentingan yang
terlibat di dalamnya. Inggris dan Argentina telah men-sengketakan Falkland
sejak ratusan tahun lalu. Inggris telah mengklaim kedaulatannya atas Falkland
sejak tahun 1690 serta mencoba menguatkannya secara de facto sejak 1833.
Argentina mulai mempersengkatakan kepemilikan Falkland sebelum tahun 1833
ketika kepualauan tersebut berada di bawah kekuasaannya meski hanya dalam waktu
singkat. Perancis adalah negara pertama yang menguasai Falkland, setelah itu
kekuasaan kerap berpindah diantara Spanyol, Inggris dan Argentina sampai tahun
1833, saat Inggris mengklaim kedaulatannya dan mengusir Argentina. Kepulauan
itu akhirnya berada dalam kekuasaan Inggris sampai tahun 1982 ketika Argentina
melakukan invasi sekaligus memulai Perang Falkland. Hingga saat ini, Falkland
tetap berada di bawah penguasaan Inggris namun Argentina tidak menunjukkan
tanda-tanda melepaskan klaimnya atas kepulauan yang sama.
4.
Siprus
Negara yang terlibat
konflik: Republik Siprus vs Republik Turki Siprus Utara Siprus merupakan
kelanjutan konflik Yunani dan Turki di era modern. Konflik kedua negara sendiri
telah berlangsung selama berabad-abad. “Kepemilikan” Siprus selalu berpindah
tangan antara Turki dan Inggris sepanjang sejarah sejak pertama kali dikuasai
Kekaisaran Turki Ottoman. Diantara penguasaan kedua negara tersebut, muncul
pula beberapa kali pemberontakan yang mendukung kedaulatan penuh dari salah
satu negara. Salah satunya dilakukan kelompok perlawanan Siprus Turki EOKA yang
menginginkan penyatuan Siprus dengan Turki. Dari sekian lama pergolakan yang
masih terjadi hingga sekarang, Turki menguasai 37% bagian utara pulau tersebut
dan mengklaim secara de facto berdirinya Republik Turki Siprus Utara. Meski
begitu, pertempuran antara Yunani dan Siprus Turki masih jadi pemandangan
harian hingga saat ini. Inggris, Yunani, dan Turki pun harus meminta NATO untuk
turut menjaga perdamaian. Sementara di sisi lain, hanya Turki yang mengakui
Republik Turki Siprus Utara sebagai sebuah negara dan sampai sekarang tidak ada
tanda-tanda pulau tersebut akan bersatu dalam sebuah negara utuh.
5.
Tibet
Negara yang terlibat
konflik: Pemerintah Adminsitrasi Tibet vs Republik Rakyat China Sejarah
kedaulatan Tibet terentang panjang sejak abad 13. Secara hukum, pemerintah
Republik Rakyat China (RRC) melihat Tibet sebagai bagian tak terpisahkan sejak
Dinasti Yuan. Fakta ini didukung peta kuno dan negara-negara lain sehingga
menjadikan Tibet sebagai wilayah otonom China. Amerika Serikat, Inggris, Uni
Eropa dan Perancis serta banyak negara lain mengakui Tibet sebagai bagian dari
China. Akar konflik yang terus berlanjut hingga saat ini terjadi saat Invasi
China ke Tibet pada tahun 1950, ketika pemerintahan baru komunis memulai
“Pembebasan Seluruh Wilayah China” sehingga menimbulkan pecahnya perang.
Setalah perang berakhir, Pemerintah Administrasi Tibet (PAT), yang diwakili
Dalai Lama, menyerahkan Tibet kepada China dengan 17 poin kesepakatan. Namun,
delegasi Tibet dipaksa menandatangani kesepakatan tersebut. Hingga saat ini PAT
berada di pengasingan di India dan tidak ada tanda-tanda Tibet akan memperoleh
kemerdekaannya.
6.
Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich Selatan
Negara yang terlibat
konflik: Republik Argentina vs Inggris Raya dan Irlandia Utara Kepulauan ini
terkait erat dengan Kepualaun Falkland yang juga menjadi sumber keretakan
hubungan Argentina dan Inggris. Sejak James Cook mendarat di Georgia Selatan
pada tahun 1775 dan Kepulauan Sandwich pada tahun 1908, Inggris menganeksasi
keduanya pada 1908. Sedangkan Argentina mengklaim kekuasaannya berdasarkan
keberadaan perusahaan penangkapan paus yang mulai beroperasi tahun 1908 di
Georgia Selatan, namun telah menandatangani perjanjian sewa kepada pemerintah
Kepulauan Falkland sejak tahun 1906. Pada tahun 1985, Georgia Selatan dan
Kepualauan Sandwich Selatan resmi menjadi wilayah luar negeri Inggris. Namun
Argentina tetap melanjutkan klaim kedaulatannya atas kedua wilayah kepualauan
itu. Perkembangan terbaru pada tahun 2010, Presiden Venezuela, Hugo Chavez,
menelpon Ratu Elizabeth II untuk menyerahkan Georgia Selatan dan Kepulauan
Falkland kepada Argentina.
7.
Gibraltar
Negara yang terlibat konflik:
Kerjaan Spanyol vs Inggris Raya dan Irlandia Utara Wilayah Gibraltar telah jadi
sengketa sejak bertahun-tahun lalu. Posisinya yang strategis di Selat Gibraltar
memungkinkan akses ke Laut Tengah dan Suez, yang merupakan jalur penting
pelayaran dan perdagangan internasional. Saat ini, kendali militer selat itu
dipegang oleh Inggris dan Maroko meskipun Spanyol memiliki pangkalan militer
yang cukup besar di area yang sama. Awalnya, Gibraltar dikuasai oleh kekuatan
Anglo-Belanda pada tahun 1704. Kemudian pada tahun 1713 Spanyol menyerahkannya
pada Inggris melalui Perjanjian Utrecht. Sejak itu, Spanyol tiga kali berusaha
mengambil alih kembali Gibraltar namun tidak berhasil. Referendum yang diadakan
pada 1967 dan 2002 yang bertujuan untuk mengembalikan wilayah itu ke Spanyol,
justru menghasilkan sebaliknya, 99% penduduk memilih untuk tetap berada di
bawah kekuasaan Inggris. Memang tidak ada ketegangan berarti antara Spanyol dan
Inggris terkait klaim wilayah ini, namun Spanyol tetap tidak mau melepaskan kekuasaan
politiknya atas Gibraltar.
8.
Sahara Barat
Negara yang terlibat
konflik: Kerajaan Maroko vs Republik Demokratik Arab Sahrawi Sahara Barat
berada di wilayah Afrika yang dikelilingi Maroko, Algeria, dan Mauritania.
Wilayahnya sebagian besar terdiri atas padang pasir sehingga populasinya pun
hanya sekitar 500 ribu penduduk yang sebagian besar tinggal di kota. Pada
awalnya, Sahara Barat berada di bawah kekuasaan Imperium Spanyol. Namun setelah
Kesepakatan Madrid pada tahun 1975, ketika Spanyol sepakat untuk mengakhiri
keberadaannya di wilayah itu, Sahara Barat diklaim oleh Maroko dan Republik
Demokratik Arab Sahrawi (RDAS). Sebanyak 20-25% wilayah Sahara Barat berada di
bawah kekuasaan RDAS sementara Maroko mengontrol selebihnya. Kekuasaan RDAS
diakui oleh 58 provinsi sedangkan 22 provinsi lain menarik dukungan meerka dan
12 lainnya baru akan menentukan sikap setelah referendum PBB. Namun hingga saat
ini, PBB tidak mengakui Sahara Barat sebagai negara berdaulat di bawah
pemerintahan RDAS.
9.
Kosovo
Negara yang terlibat
konflik: Republik Serbia dan Republik Kosovo Keruntuhan negara sosialis di
tahun 1990-an juga berpengaruh pada Yugoslavia. Pada masa keruntuhan
Yugoslavia, terbentuk lima negara baru; Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Makedonia,
Slovenia, dan Republik Federasi Yugoslavia yang menaungi daerah otonomi Kosovo.
Pada tahun 1998-1999 pecah perang ketika “Kosovo Liberation Army” menuntut
kemerdekaan dari RF Yugoslavia. Setelah perang berakhir, RF Yugoslavia melepas
semua klaimnya atas Kosovo dan menerimanya sebagai wilayah yang diawasi PBB.
Pada tahun 2006, RF Yugoslavia pecah menjadi Serbia dan Montenegro, sementara
Kosovo mendeklarasikan kemerdekaannya dari Serbia pada 17 Februari 2008 dengan
memilih Pristina sebagai ibukota. Kosovo diakui secara resmi sebagai sebuah
negara oleh 80 negara anggota PBB plus Taiwan. Meski telah menjadi anggota IMF
dan Bank Dunia, status Kosovo sampai saat ini masih belum diakui sebagai negara
berdaulat secara sepenuhnya.
10.
Abkhazia dan Ossetia Selatan
Negara yang terlibat
konflik: Georgia vs Republik Abkhazia dan Republik Ossetia Selatan Abkhazia dan
Ossetia Selatan adalah dua negara republik pecahan Georgia di Kaukasus.
Keduanya telah berupaya melepaskan diri dari Georgia sejak tahun 1920-an.
Setelah Revolusi Rusia tahun 1917, Abkhazia dan Ossetia Selatan ditetapkan
sebagai dua republik otonom yang merupakan bagian dari Georgia dan termasuk di
dalam wilayah Uni Soviet. Namun setelah perang tahun 1920-an, Abkhazia dan
Ossetia Selatan mendeklarasikan kemerdekaannya pada 1923 dan 1922. Masalah
kedaulatan keduanya semakin kompleks di masa keruntuhan Uni Soviet dan Georgia
mendeklarasikan independensinya yang akhirnya berujung pada perang di tahun
1992 dan 2008. Rusia pada akhirnya mengakui kedua republik tersebut sebagai
negara yang terpisah dan berdiri sendiri. Namun PBB, Uni Eropa dan NATO menolak
mengakui kedaulatan Abkhazia dan Ossetia Selatan.
Sumber :
http://uniqpost.com
google.com